Tahukah kamu
perkembangan teknologi mempertaruhkan nasib juru parkir di Indonesia? Mungkin,
juru parkir saat ini sukar dijumpai di masa depan. Hal ini bukan tanpa alasan,
sebab pemerintah memberlakukan parkir gratis, sehingga profesi juru parkir kian
terbatas di tempat-tempat tertentu. Di sisi lain, terdapat alat-alat parkirotomatis yang banyak dipakai.
Kemudian,
berdasarkan data tahun 2016, tercatat sebanyak 146.350 juru parkir di
Indonesia. Akan tetapi jumlah ini terus menurun, terlebih dengan adanya
proyeksi pertumbuhan profesi juru parkir yang hanya mencapai 4 persen di tahun
2024. Tentu saja, hal ini terdengar menyedihkan. Namun, manusia harus
berkembang sesuai transformasi zaman, ya.
Mengintip
Nasib Juru parkir di Era Digital
Rasanya,
masyarakat mengerti zaman berubah seiring perkembangan teknologi, termasuk
aspek-aspek di bidang parkir. Kemudian, teknologi yang dinilai mampu menawarkan
hal-hal positif, nyatanya mempunyai berbagai dampak negatif pada kehidupan.
Contohnya beberapa bidang pekerjaan mau tak mau mulai tergantikan secara
signifikan. Hal ini juga terjadi pada juru parkir di era digital.
1.
Bisnis Lahan Parkir Menawarkan Keuntungan Secara Optimal
Jika
menginginkan bisnis yang menjanjikan, cobalah membeli lahan parkir di area-area
strategis. Pasalnya, tidak hanya menawarkan ratusan ribu, tetapi lahan ini
mampu memutar uang sebanyak ratusan juta setiap bulan. Akan tetapi, mungkin
kamu cenderung sukar membeli lahan parkir di masa sekarang, sebab lahan ini
terlalu menguntungkan untuk dipindah tangankan.
Nasib juru
parkir tampaknya berbeda dengan masa depan pemilik lahan tersebut. Bisnis ini
kian meroket, sebab masyarakat memiliki kegemaran membeli berbagai kendaraan
bermotor atau bepergian dengan kendaraan pribadi. Bahkan, menurut ramalan CEO
PT Integrated Service Solution Indonesia di tahun 2019, bisnis ini terus
berkembang sampai 10 tahun ke depan.
2.
Teknologi Meningkatkan Pendapatan Pemilik Lahan, tetapi Mengurangi
Kuantitas Profesi Juru parkir
Kira-kira,
dapatkah kamu menyebutkan alat-alat parkir modern yang mulai populer di tanah
air? Mungkin, kamu akan menjawab palang parkir otomatis, meteran parkir, sampai
garasi parkir modern yang berkembang di kota-kota besar. Alat-alat ini didesain
untuk memudahkan pekerjaan manusia, bahkan mampu meminggirkan juru parkir
sehingga pemilik lahan memperoleh keuntungan optimal.
3.
Juru parkir Sempat Menolak Parkir Elektronik
Sadar atau
tidak, juru parkir menjalankan profesi untuk memenuhi kebutuhan. Oleh karena
itu, ketika mata pencaharian mulai terancam, mereka kerap melakukan aksi protes
sebagai upaya untuk ikhtiar. Misalnya, pada tahun 2016, Paguyuban Parkir Kota
Malang berdemonstrasi menolak wacana penerapan e-parkir di Kota Malang, sebab
dinilai merugikan juru parkir.
Nasib juru
parkir terus dipertaruhkan, sebab e-parkir dirancang untuk menghindari
kebocoran. Selain itu, hal ini diharapkan mampu menghapus parkir liar yang
merugikan masyarakat. Akan tetapi, mayoritas juru parkir menolak statement
tersebut. Pasalnya, mereka kerap menyetor retribusi sesuai aturan, bahkan kerap
mengambil tabungan saat retribusi dinilai tidak memenuhi target tertentu.
4.
At Least, Juru Parkir Bersaing dengan Palang Parkir Otomatis
Jika di
masa lalu sering menjumpai juru parkir di pintu masuk, kini kamu hanya
menjumpai juru parkir di pintu keluar. Bahkan, terdapat palang parkir otomatis
dengan sensor sidik jari atau memakai kartu khusus tanpa melibatkan pembayaran
secara langsung, melainkan melalui tagihan bulanan.
Pada
akhirnya, profesi juru parkir mulai menurun. Akan tetapi, bukan berarti juru
parkir menghilang secara total. Pasalnya, Dinas Perhubungan tetap mempekerjakan
juru parkir resmi untuk mengoperasikan parkir meter yang ada di pinggir jalan.
Jadi, nasib juru parkir tetap memiliki prospek di masa depan, ya.
No comments:
Post a Comment